JavaScript Disabled

*Dengan cara inilah sang wanita memohon dengan rayuannya yang halus,
Ketika air matanya meleleh membasahi pipinya.
Bagaimana mungkin ketegaran dan kekuatan sang pria masih tersisa
jika tanpa air mata pun, sang wanita telah menarik hatinya....

Hujan itu membawa pula sekilat halilintar
yang menyalakan sepercik api dalam kalbu sang pria miskin itu.
Karena sang pria adalah budak wajah manis sang wanita,
bagaimanakah keadaannya, ketika sang wanita merendah untuk memohon dengan
penghambaan....

Ketika sang wanita yang nafasnya menggempakan hatimu,
Ketika ia menangis, bagaimanakah lalu perasaanmu?

Ketika ia yang kerlingannya membuat hatimu berdarah,
turun merendah untuk memohon, bagaimana menurutmu?

Dia yang menundukkan diri kita dengan kebanggaan dan kekerasannya,
tuntutan apakah yang tertinggal bagi kita saat ia telah mulai memohon

Ketika ia yang tidak biasa berdagang melainkan dengan tumpahan darah,
akhirnya menyerah, ah! Betapa banyak keuntungan ia peroleh!

Tuhan telah menghiasi mereka “indah pada pandangan manusia;”*
Dari dia, yang Tuhan sendiri telah menghiasinya, dapatkah pria berlari?
Karena Dia telah ciptakan laki-laki “untuk tinggal bersama wanita,”

Bagaimana Adam mampu memisahkan dirinya dari Hawa?
Sekalipun seandainya ia adalah Rustum, anak Zal, dan lebih berani dari
Hamzah,
ia tetap menyerah pada perintah istrinya.

Dan ia yang dengan khutbahnya telah menakjubkan dunia
adalah ia yang mengucap dua kata, “Yaa Humaira!”**

Sekalipun air dapat menang atas api dengan kekuatannya,
air pun mendidih oleh api saat ia berada dalam kendi.
Saat kendi menjadi pemisah antara keduanya,
Udara (keinginan) pun menjadikan aksi sang air nihil.

Terlihat, dirimu adalah pemimpin dari istrimu, bagai air,
Hakikatnya, dirimulah yang dipimpin olehnya dan memohon padanya.
Itulah keanehan lelaki,
Ia tak mampu menahan keinginan hewani-nya,
itulah kelemahannya.

Nabi bersabda bahwa wanita memegang kuasa
atas orang bijak dan atas pria berhati lembut,
Namun orang-orang yang bodoh, lagi-lagi, mengambil keuntungan atas wanita,
Karena orang-orang bodoh adalah kejam dan keras kepala.
Mereka tak miliki kelembutan, kebaikan atau persahabatan,
karena sifat hewani telah mengombang-ambingkan emosi mereka.

Cinta dan kelembutan adalah sifat-sifat kemanusiaan,
Nafsu dan keinginan adalah sifat-sifat hewani.

Wanita adalah secercah cahaya Ilahiah, bukan sekedar seorang permaisuri,
Seakan-akan, Diri dari Sang Pencipta.
Dan bukan sekedar ciptaan.

Matsnawi I:IX*

Catatan
*QS.3:14
**Sayyidina Muhammad (SAW) mengucapkan kedua kata ini bagi istrinya, ‘Aisyah
r.a. Panggilan ini bermakna “Wahai yang pipinya kemerah-merahan”


Sumber : *Mawlana Jalaluddin ar-Rumi*

0 Whisper

Post a Comment

Please, your comment must related with current posting otherwise your comment will mark as Spam.